March 24, 2011

40 Menit di Dalam Bis Kota

Ini pertama kalinya aku menginjakkan kakiku dalam sebuah benda yang disebut orang, Bis Kota. Ya, Angkutan antar kota yang akan mengantar banyak orang menuju tempat yang ingin dituju. Kali ini karena Paundra tidak bisa menjemputku, lembur katanya. Sore ini hujan deras, "sial," rutukku dalam hati, "kenapa musti hujan sekarang sih?"
...

Pulangkan saja aku pada ibuku.....
ah, suara itu membuatku terbangun. Seorang pengamen dengan gitarnya bernyanyi didalam bis kota yang sudah semakin sumpek saja rasanya.
...

"Permisi mba, boleh kursinya buat ibu ini?" Lagi-lagi aku terbangun, sang kenek membangunkanku meminta kursi ku untuk diberikan pada seorang ibu. Ku pandang ibu itu, masih muda, dengan suaminya pula, juga tidak sedang hamil, kenapa sampai minta kursi? Tapi mataku tertuju pada apa yang dipegang ibu itu, sebuah tongkat lipat. Tongkat yang digunakan oleh orang-orang buta yang sering kulihat ditelevisi. "Silahkan, bu" aku memberikan kursiku pada ibu itu tadi. Matanya melek, tapi pandangannya kosong. Beruntung dia punya suami yang menemaninya, tapi, astaga suaminya pun cacat, tangannya hanya sebelah, yang sebelah kanan sudah tidak ada lagi.
...

Menahan kantuk, aku berdiri berpegangan pada besi di dekat pintu masuk. Ada dua orang laki-laki yang turun. "Copet!" teriak seorang ibu di bagian belakang bis. Ternyata dua orang itu pencopet. Bis berhenti, sang kenek dan beberapa mas-mas kantoran mengejar dua orang tadi. Aku tetap pada tempatku, berdiri sambil memeganggi tasku sendiri. Tak lama orang-orang yang mengejar tadi kembali. Wajah mereka lesu, sudah kutebak, pasti copet tadi tidak tertangkap. Kuhibur si ibu yang menangis kehilangan dompetnya.
...

"Pasar....Pasarr...", kenek berteriak teriak memberitahu bahwa bis melewati pasar, sehingga orang orang yang akan turun di pasar bisa menyiapkan diri, bangun dari tempat duduknya. Dari pasar pula kulihat ada seorang ibu dengan anaknya, naik kedalam bis kota dengan diiringi celotehan anak anak kecil di sekitar mereka, "orang gila, orang gila" sambil menunjuk anak si ibu. Ku amati si anak itu, "rasanya aku pernah lihat orang ini deh," kataku pada diriku sendiri. Kuingat ingat lagi dimana aku melihatnya. Melihat boneka yang digendong anak si ibu itu membuatku ingat. Perempuan itu memang gila, kata orang dia gila setelah anaknya hilang diculik orang. Aku sering melihatnya dipinggir jalan sedang menimang-nimang bonekanya. "Kasihan", ujarku prihatin melihat dia. Aku semakin mensyukuri "kehidupan pahit" yang aku punya, karena ternyata banyak yang hidupnya bahkan "lebih pahit" dari yang aku alami.
...

Ohhh, rasanya lama sekali berada didalam bis yang benar-benar semakin sesak ini. Biasanya aku hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke rumah jika dengan Paundra. Andai tak ada telpon itu tadi.
...

"darl, kamu pulang duluan ya, maaf, aku hari ini lembur soalnya," ternyata Paundra meneleponku untuk memberitahu bahwa dia lembur hari ini. Dengan malas kujawab, "iya deh, besok pagi jangan telat jemput lo ya." "Iya sayang. I'll be ontime, promise," lanjutnya lagi.
Aku dan Paundra sama sama sudah bekerja, baru beberapa bulan lalu kami masih berstatus mahasiswa. Aku dan dia sudah 3 tahun lebih berpacaran, sehingga bagi kami kebersamaan penting rasanya walau hanya diatas sebuah motor yang dikendarai Paundra. "Miss you, darl" ucap Paundra mengakhiri telepon.
...

Kulihat jam tangan di tangan kiriku, waktu menunjukan pukul 4.40 menit. Sudah 40 menit aku berada dalam bis yang pengap ini.
Kudengar lagi suara kenek berteriak, "pom bensin..pom bensin". Cepat-cepat aku turun, karena rumahku tak jauh dari pom bensin yang diteriakkan si kenek.
Berjalan menuju rumah, aku merenung, tak seharusnya aku merutuki sendiri hidupku yang ternyata lebih baik dari yang selama ini kupikirkan.


gambar dari sini

.................................................

PS:
Pengalaman dalam sebuah bus kota, menginspirasi saya untuk menulis ini, semua kisah dalam kisah ini nyata, kecuali nama-namanya yang saya samarkan



10 comments:

  1. nice post glo...

    kadang2 kesadaran itu datangnya dari hal2 yg sangat sederhana :)

    ReplyDelete
  2. iya...thanx enno...pengalaman ketemu org2 dlm angkutan kota jd bikin inspirasi...hehehehe...

    ReplyDelete
  3. Tumben bahasa indonesia-nan, non... hahahahhaa.... ^^v
    nice share!!

    ReplyDelete
  4. memang seru naik angkutan. apalagi kalau mau lihat wajah/karakter asli penduduknya. melihat ke 'bawah' utk bersyukur dan melihat ke 'atas' utk berjuang :)

    ReplyDelete
  5. @maya : wah seneng ni kata2 mu....melihat kebawah tuk bersyukur, melihat ke atas tuk berjuang...sipp deh

    ReplyDelete
  6. pertama x naek bus d jakarta, d kerjain si kenek
    d sasarain. kejam

    ReplyDelete
  7. @kak rizky : wkwkwkwkkwk.....biasa kak...klo pendatang pasti di begituin deh :( aq jg pernah...untung di Palembang orgnya baik2 yaaaa...hehhehe....jd diajak jalan2 makan mulu :))

    ReplyDelete
  8. eh itu semua kejadian dalam bus kota itu beneran terjadi dalam satu hari? busyet, amazing banget...

    ReplyDelete
  9. betul banget...semuanya nyata kecuali nama2nya...
    hahaha...jarang naik bus aku, skalinya naik bus parah bnget kejadian2nya :) hehehhee...thanx for comment ya :) salam knal

    ReplyDelete
  10. drama kehidupan di bus kota....
    :)

    ReplyDelete

your comment makes me smile :) can't wait to hear from you... please leave your web link too, so I can visit u back.... thank you.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...