June 08, 2011

Kenapa Harus Sekarang?


took the picture here

"Cubit pipiku, bilang kalau ini mimpi, dan segera bangunkan aku dari mimpi buruk ini"


...


Sore itu, Senin, 06 Juni 2011, kondisi papa berangsur membaik. Bernafas dengan normal, dapat tersenyum saat menatap saya pulang kantor. Lalu terpikir dibenak kami, anak-anak, kami akan pulang sebentar kerumah, mandi, mempersiapkan diri lalu kembali lagi ke Rumah Sakit berempat, kami berencana tidur di Rumah Sakit malam itu.
Tapi baru beberapa menit tiba di rumah, mama menelepon
"Tri, cepetan balik ke Rumah Sakit lagi. Papamu kritis lagi"

Tanpa babibu, kami mengambil barang2 untuk mandi di Rumah Sakit, lalu segera "cenglu" (bonceng telu, *tiga) ke Rumah Sakit. Papa sudah kesulitan bernafas. Dokter memanggil saya dan mama ke ruangannya
"Bu, bapak mengalami gagal nafas, paru parunya rusak parah, setujukah ibu kalau bapak kami pindah ke ICU? karena akan ada ventilator di sana untuk membantu bapak bernafas."
"dok, jujur saya katakan, kami ini terbatas, terbatas dalam hal ekonomi, sudah banyak barang kami jual untuk pengobatan bapak. Tambah lagi, bapak sudah mengeluh dengan alat bantu nafas juga sonde dan karteter yang sekarang digunakan, kami tidak ingin menambah penderitaan bapak kalau sampai harus dipasang ventilator, lagipula, bapak nanti akan kesepian jika masuk ICU yang dibatasi pengunjungnya. Kasihan bapak dok."

Lalu dokter menyodorkan surat pernyataan menolak tindakan Rumah Sakit ke mama. Mama tak sanggup menuliskannya, maka sayalah yang menulis surat pernyataan itu untuk mama tandatangani.
Kembali kami ke kamar, di GERIATRI itu, papa masih saja kesulitan bernafas. Adik, mama, serta saudara yang juga datang bergantian mengelus dada papa supaya berkurang sesaknya.

Pukul 19.00, Pak Jerdi, seorang pendeta di gereja kami datang. Beliau mendoakan papa supaya tenang. Saat itu kesadaran papa masih baik, masih dapat merespon suara orang orang di sekitarnya dengan memandang orang itu. Airmata kami terus menetes mengiringi sesak nafas papa. Kami tidak tega. Kami harus menyaksikan orang yang kami kasihi menderita, kesulitan bernafas. Tatapan mata papa masih sama seperti dulu, tatapan tak ingin dikasihani, seolah papa berkata :"aku ini baik baik saja koq, kenapa kamu menangis?" Tapi justru tatapan itu semakin membuat kammi menangis sejadi jadinya. Bibir bibir ini penuh dengan nyanyian pujian, saya dan Otte masing masing di kanan kiri papa benyanyi kecil di telinga papa. Kami ingin papa merasa tenang dan damai, kenyataannya, papa tetap saja merasa khawatir dan takut, karena beberapa kali saya merasakan genggaman erat tangan papa di tangan kecil saya.
Tubuh papa menolak peralatan medis. Berkali kali suster menusukkan jarum suntik untuk infus, tetap saja nihil hasilnya, malah lengan papa semakin bengkak rasanya. Sungguh, itu bukan pemandangan yang ingin kami lihat. Kami ingin papa sembuh.

Pukul 21.00, seorang pendeta lain datang. Pak Andreas Gunawan, beliau mendoakan papa dengan cara yang sedikit berbeda dari Pendeta Jerdi. Doa yang dipanjatkan menggunakan bahasa Jawa. Itu karena sebelum berdoa, mama mengatakan bahwa papa ini masih ada keturunan keraton dan asli dari Solo, sehingga pak pendeta memutuskan menggunakan bahasa Jawa dalam doanya. Papa sudah tak sadarkan diri waktu itu, tangannya semakin erat menggenggam tangan Otte dan saya, seolah tak ingin kami dipisahkan. Mata papa menatap lurus ke atas. Kami tidak tahu apa yang papa lihat, tapi menit demi menit yang berlalu terasa sungguh menegangkan. Berkali kali papa kejang. Kakinya sudah dingin, Demi memeganggi kaki papa berharap kehangatan dari tubuhnya mengalir untuk papa. Tangan papa juga dingin, terasa sekali di jemari saya. Yang mengherankan papa justru demam, demam hanya di bagian kepala hingga dada. Saat saya memperhatikan lengan kiri papa, ternyata bengkaknya sudah melebar. 

"Put, Otte, Demi, coba kamu bergiliran bisikkan ke papa kalau kalian rela papa pergi, katakan maaf jika kalian pernah menyakiti hati papa," mama menyuruh kami bertiga karena sudah tak tahan melihat papa semakin menderita.
"Kenapa harus sekarang? Papa masih akan hidup sampai besok, sampai akhir 2011, sampai saya menikah lalu punya anak koq," begitu gerutu saya dalam hati. Saya meyakini sungguh bahwa papa akan berumur panjang, tapi demi hormat saya terhadap orang tua yaitu mama, saya menuruti perintahnya.
"pa, Putri sayang papa, Putri gak pengen liat papa menderita seperti ini, Putri rela koq kalau ternyata Tuhan lebih sayang sama papa, maafin Putri ya pa, Putri gak akan maksa papa harus bertahan sampai Putri menikah pa."

Pendeta Jerdi untuk kedua kalinya berdoa di samping papa, berbisik:
"Pak Teguh, pak Teguh sudah lelah kan seperti ini terus? Ayo pak Teguh, pak Teguh istirahat, tidur supaya besok dapat menikmati hari dengan baik."
Pendeta Jerdi mengakhiri doanya dengan kata "AMIN" saat itu pukul 23.45, dan kata"AMIN" itu ternyata disertai dengan berhentinya pula hentakan tubuh papa karena sulit bernafas. Papa terkulai, matanya tertutup. Mama sudah menjauh, tidak ingin menatap papa, menangis dalam pelukan Demi. Otte menyuruh suster memeriksa papa dan membawa alat pacu untuk papa. Tapi, belum sempat alat pacu digunakan, dokter yang datang memeriksa menyatakan papa meninggal dunia karena gagal pernafasan.
Kepada Sasha yang ada disamping saya, saya berkata:
"darl, itu papa bobo kan? Besok pasti bangun kan? Bilang ini mimpi, dokternya pasti bohong, papa bobo gitu dibilang meninggal."
Kata kata saya terhenti karena ternyata saya pingsan.

Saat sadar beberapa detik setelahnya, saya lari ke papa. Suster sudah mencabut semua jarum infus juga alat bantu nafas yang papa gunakan, karteter pun juga sudah dilepas. Tak kuasa menahan tangis, saya peluk papa.  Tubuhnya masih terasa hangat dalam pelukan. Saya teringat terakhir kali papa memeluk, saat ulang tahun saya, tepat dua belas hari yang lalu. Airmata meleleh mengenai tubuh papa yang terbujur kaku di tempat tidur. Tidak bosan saya menciumi papa.

"hunny, sudah dong, papa mau dibawa ke kamar jenazah", Sasha menarikku dari pelukkan papa.
"aku mau temenin papa di kamar jenazah darl"

Dua jam berlalu di kamar jenazah, Demi menemani, menunggu jenazah papa dimandikan.

Selasa, 07 Juni 2011 pk. 03.50, papa sudah selesai dimandikan.
"Ganteng ya ma," kataku kepada mama.
...

"Tuhan, saya tahu KAMU sayang sekali sama papa.. Tapi, tidakkah KAMU tahu, KAMI juga sayang sama papa, kenapa KAMU selesaikan penderitaan papa dengan kematian, bukan dengan kesembuhan yang KAMI minta beribu kali melalui doa kami? Kenapa Harus Sekarang Tuhan?"


saya masih berduka,
Glo

Kami mengasihimu Pa


21 comments:

  1. aku ikut menangis bersama kamu glo, karena aku jg mengalami hal yg sama...

    kata2 di paragraf terakhir itu pernah aku katakan jg sama Tuhan.

    tapi plis Glo, jgn pernah kamu ucapkan lg.
    krn sebenarnya rencana Tuhan selalu indah. Dibalik kesedihan sll ada hikmah yg indah...

    papa udah tenang skrg, sama spt ibuku. mgkn lbh baik begitu. krn kita memang berharap mrk ga menderita lg kan?

    yg ikhlas ya :)

    ReplyDelete
  2. hi gloriaa, jujur aku speechless..
    aku cmn bisa blg turut brduka cita
    cheer up, girl
    smg km dan kluarga d berikan ketabahan..

    ReplyDelete
  3. Turut Berduka sedalam2nya, Yang Ikhlas ya Glo...
    Semoga Papa-mu mendapat tempat terbaik disisi-Nya.

    ReplyDelete
  4. huaaaa nangisss nangisss.. mbaaakkk, aku setuju sama kata2 mbak enno. karena Tuhan sayang makanya dipanggil ke sisi-Nya, diredakan rasa sakit dari penyakitnya mbak. :(

    ReplyDelete
  5. Kita ga pernah tau kapan waktunya Tuhan datang..
    Ketika waktunya datang kita hanya bisa bertanya Kenapa sekarang Tuhan? Kenapa ini harus terjadi sama aku?
    Tapi Glo waktu Tuhan datang d saat yang tepat meskipun terkadang d luar bayangan kita..

    Ayooo semangat lagi :)
    Tunjukkin bahwa Gloria 'glow' Putri bisa menghadapi semua ini..
    Glo temanku adalah cewe yang tangguh dan ga mudah menyerah dengan apapun..

    Smileeeee :)

    ReplyDelete
  6. salam, Turut beduka yah.. "Segala sesutu milik Tuhan dan Kembali KepadaNya" yang terpanggil akan bahagia dia sana pabila yang ditinggal ikhlas dan membuktikan mimpi mimpi yang terpanggil yang belum terwujud,pastinya menginginkan oarang yang ditinggalkan menjadi lebih baik,sukses dan juga taat dengan Tuhan... mohon maaf sbelumnya ,tapi saya yakin anda bisa ...

    Kenapa harus Skrng ?

    karena Tuhan sayang dengannya dan jauh lebih baik karena itu baik di mata Tuhan walau serasa meninggalkan luka untuk kita ...

    keep spirit sis ... God Bless you

    ReplyDelete
  7. mbak glooo turut berduka cita yaaa :( maaf yaa mbakgloo aku baru tauuu :(
    smg papahnya mbak glo tenang yaa disanaa.. yg tabah yah mbaakk :)

    ReplyDelete
  8. terimakasih kakak setia komen di blog aku :* aku undip, doain yaaah :)
    oiya, turut berduka cita :( maaf aku baru sempet baca postingan2an kamu, dont be sad yaaah keep smiling, papa bahagia disana kok kak glo :)

    ReplyDelete
  9. sabar dan ikhlas ya glo...
    aku ikut sedih dan bisa merasakan kehilanganmu
    membaca tulisanmu seakan aku dibawa kembali pada waktu ibuku pergi untuk selamanya...
    yakinlah ini yang terbaik....
    semoga ada hikmahnya..
    aku juga ditinggal pergi ibuku saat aku belum menikah...
    semoga Tuhan memberikan kebahagiaan sebagai penawar dukamu....

    ReplyDelete
  10. yay dapet kiss dr kak glo :* janji yaaah kakak senyum :)

    ReplyDelete
  11. Tuhan selalu memberikan yang terbaik walau kadang itu tidak sesuai dengan keinginan kita. Dan ini juga pasti yang terbaik untuk papa Glo... karena mungkin dengan begini papa Glo nggak menderita lagi, tak perlu merasakan sakit lagi...

    Sekarang mbak Glo boleh bersedih... Tapi besok harus sudah ceria lagi...

    Ayo, mbak...
    Saya yakin kamu bisa :)

    ReplyDelete
  12. Mbak Glo...turut berduka :(
    Maaf aku baru tahu karena baru buka blog hari ini...
    Semangat mbak Glo... Tuhan punya rencana indah

    ReplyDelete
  13. thx nana n nopinop :)
    iya, sudah mulai menata hidup lagi koq :)
    soalnya ada yg butuh senyumku :)
    skali lg thanx yaa

    ReplyDelete
  14. spechless aku glo. ga bisa ngomong apa-apa. :( kamu yang kuat ya..

    ReplyDelete
  15. Tulisanmu bagus banget glo... emosinya tersampaikan dengan baik... TK bacanya sampe nangis...

    Turut Berduka yah....

    Sekarang papa mu sudah bahagia disana...

    Jbu always and family....

    warm regards from TK

    ReplyDelete
  16. makasi Tom :)
    aq jg nulisnya sambil nangis koq, mungkin itu yg bikin km ikutan nangis pas bacanya :D
    thank you yaaaa

    JBU too

    ReplyDelete
  17. Tulisan ini pasti dibuat sambil nangis, kerasa bgt emosinya. Yg tabah yaa glo, pasti berat bgt yaa rasanya..

    Semoga papa kamu mndapat tempat yg indah disana..

    ReplyDelete
  18. Makasii Dee :)
    AMIN, makasi doanya yaaa

    ReplyDelete

your comment makes me smile :) can't wait to hear from you... please leave your web link too, so I can visit u back.... thank you.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...