“mba, masih
ada keluhan apa lututnya?”
…
Kaki saya
masih sering nyeri jika terlalu saya forsir berjalan, naik turun tangga.
Terkadang kaku dan panas disertai warna merah di kulit bagian lutut kiri. Hanya
kompres es dan tetesan air mata yang membuat saya bertahan.
Waktu itu, kira-kira
tiga minggu yang lalu, saat terapi, sang fisioterapis bertanya tentang keluhan
apa yang masih sering saya rasakan. Jawaban saya ya itu tadi, lutut tiba-tiba
merah dan panas yang kemudian saya tambahkan kalau saya sampai saat itu (dan
hari ini juga) belum dapat jongkok dengan sempurna. Saya bilang kepada si
fisioterapis jika saya ingin dapat jongkok sempurna yang kemudian disambut
dengan ajakan untuk berlatih jongkok hari itu, jongkok yang aman, yang masih
harus berpegangan tiang.
Beberapa hari
yang lalu, saat melintasi Undip bersama Sasha pacar saya, saya melihat seorang
ibu tua dengan keranjang bawaannya. Saat itu sore yang disertai gerimis kecil,
si ibu yang saya lihat itu sedang berjongkok sambil memegang i perutnya
sementara keranjang bawaannya diletakkan tak jauh dari dirinya.
“hunny, ibu
itu kasihan…kenapa dia jongkok begitu megangin perutnya ya?”
“ga tau
hunn, aku sering lewat sini dan liat ibu itu, mungkin cape habis jalan”
“apa
jangan-jangan dia lapar ya?”
“bisa jadi,
mungkin juga kedinginan karena gerimis”
“kasihan ya
hunn…ya emang sih dia bisa jongkok, tapi jongkoknya karena kedinginan dan laper
mungkin. Jadi merasa beruntung banget, walau ga bisa jongkok tapi perutku
kenyang dan ga kedinginan.”
“lahhhh…kenapa
baru sadarr sekarang sayang?”
*kemudian
tertawa bersama*
picture from here |
Jika kemudian
saya harus menangis hanya karena tak bisa jongkok rasanya konyol banget,.
Karena bukankah seharusnya saya bersyukur untuk berkat Tuhan yang lain?