June 26, 2020

KAMISAN - Seni 25.06.2020

Kita belajar melihat keindahan sesuatu setelah sesuatu itu dilukis. ~ Charlotte Mason (vol 6, hlm. 215)


picture from here
Bacaan Kamisan kemarin yang saya baca ulang lagi sebelum menuliskan narasi ini membawa ke kenangan saat mengajar anak-anak di sekolah tahun lalu. Waktu itu, anak-anak pertama kali dikenalkan lukisan karya Henri Matisse berjudul The Red Room. Waktu itu awalnya saya berpikir "duh, ni anak bakal respon kaya apa tentang lukisan ini". Tapi setelah masuk minggu kedua dan ketiga dengan lukisan yang sama, diskusi kami semakin menarik. Di situ saya bisa melihat input seperti apa yang anak-anak dapat dari orangtua atau orang dewasa di sekitarnya saat mereka mengintrepetasikan lukisan itu. Ada yang mengintrepetasikan lukisan sebagai suasana seram karena memperhatikan detil sulur berwarna gelap. Lalu ada juga yang bercerita  tentang zombie yang ada di luar jendela sehingga perempuan yang di dalam ruangan menyiapkan banyak makanan untuk dirinya sendiri karena ternyata sering menonton serial zombie dengan orangtuanya. Hal menarik lain contohnya ada seorang siswi yang mengatakan perempuan di dalam lukisan adalah laki-laki, yang setelah dikonfirmasi dengan orangtuanya memang siswi tersebut pernah menonton serial TV dengan laki-laki bercepol. Lucunya bahkan kelas Picture Study ini membuat saya tiba-tiba merasa berguna. Kenapa? Karena selama bertahun-tahun, saya selalu merasa bahwa pendidikan saya di Sastra Inggris tidak berguna di pekerjaan saya sebagai guru selain ilmu bahasanya itu sendiri. Namun, lewat kelas ini, ilmu mengapresiasi karya seni (waktu itu saya belajarnya karya sastra) saya terasa berguna. Minggu ke minggu selama satu semester itu, saya menikmati diskusi dengan anak-anak mengenai lukisan-lukisan karya Henri Matisse. Awalnya, anak-anak yang hanya memperhatikan salah satu unsur pada lukisan, lama-kelamaan mereka mulai memperhatikan detil-detil pada lukisan temasuk sulur di ujung lukisan (bukan inti dari lukisan itu sendiri) Matisse The Goldfish yang di kenali sebagai pegangan tangga. Saat itu, saya pun dalam hati berkata "oh iya bener, kan ada tangga yang pegangannya begitu ya, ada pernah lihat di ....".


Dari pengalaman tersebut, saya belajar selain melatih anak untuk memperhatikan detil dan mengapresiasi seni, kegiatan ini bagi saya sendiri membantu saya melihat sebuah perspektif lain dari sebuah objek yang terkadang tidak saya sadari walau sudah dilihat berkali kali. Sama seperti saat memperhatikan sebuah lukisan lokal di galeri yang saya kunjungi beberapa tahun lalu. Ada sebuah lukisan seorang penjual tua dengan baju kain batik yang saya juga pernah lihat motif batik yang sama yang sering dipakai seorang kenalan. Sepintas, terlihat biasa, tapi lewat lukisan tersebut saya memperhatikan detil motif batik yang saya baru sadar ternyata bentuknya unik.


#masihdirumahaja,


LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...