“papaaaaa @Widihadi Teguh, katanya di Jakarta mau ada konser
METALICA…………..yukkk kita nonton…………itu lak papa ngefans banget toooooo……………….. –feeling
sad”
…
Sore itu sepulang dari tugas di Radio, papa menunjukkan dua
buah kertas di tangannya. “Apa tuh pa?” Tanya saya antusias menyambar dua
lembar kertas di tangannya disertai dengan seruan girang setelahnya, “wuaahhhhh,,….ini
tiket konser METALICA di Jepang, ada dua, yuk kita berangkat berdua pa.”
Hari berikutnya saya sudah berada di pesawat menuju Jepang,
tersenyum senang karena beberapa jam lai akan melihat METALICA live di Jepang.
Papa tak berhenti memperhatikan senyum saya.
Sesampainya di Nippon Budokan (itu nama salah satu tempat di
Jepang yang biasa digunakan untuk konser band band), saya dan papa langsung
menukarkan tiket yang kami pegang ke mba mba di gate. Kami mendapatkan satu
buah gelang bertuliskan “METALICA” dan lampion yang nantinya dapat kami bawa
masuk ke dalam untuk memeriahkan konser.
Sesaat, kami harus berdesak-desakan di depan gate, menunggu
hingga gate di buka. Satu, dua, tiga jam, saya melihat papa masih bersabar
didesak desak orang banyak yang juga ingin menonton METALICA.
Akhirnya gate di buka pukul lima sore waktu setempat, saya reflex
“yukk pa, kita cari tempat paling depan,” sambil berusaha meraih tangan papa.
Tapi saat saya mendapati tangannya, bukan papa lagi yang berdiri di sana, tapi
si ranger merah dengan nyengir lebarnya, “loh papa mana? Koq kamu ada di sini? Aku
kan kesini sama papa ga sama kamu!” Dia menjawab dengan santai “lah dari tadi
aku udah di sini sayang.. ga ada papa, cuma kita berdua dan orang orang yang
mau nonton juga”
…
Saya terbangun dari tidur saya pagi ini sembari mengingat
ingat mimpi saya. Baru beberapa hari yang lalu saya kangen luar biasa kepada
papa saat saya dengar Metalica akan konser di Jakarta. Papa fans beratnya, di
rumah, kaset metalica, led zeppelin, beatles masih lengkap dengan kondisi baik,
saya yang merawatnya. Bagi papa, kaset-kaset itu adalah “bayi-bayi” nya saat
anak anaknya menginjak dewasa, teman papa ketika anak perempuannya mengenal
kencan, sahabat papa ketika harus melek mengerjakan proyek sebuah radio demi memberi
makan anak dan istrinya.
Saya kangen papa, sangat kangen tidak hanya sekedar kangen. Dua
tahun tanpanya rasanya …… akhhhh saya tak sanggup melanjutkan, karena sekarang
saya ternyata sudah mulai menangis. Mama yang tadi pagi saya ceritakan mimpi
saya hanya tersenyum berkata “mungkin papa ingin mengantar kamu sampai di
pelaminan”
“The only one I need now is you.
Your presence will change
everything.
I do miss you, daddy in Heaven.”
Your little girl,