"Lagipula, tidak mungkin mengajari anak mengeja kalau mereka tidak membaca sendiri. Kami mendengar keluhan betapa sulitnya pelajaran mengeja, betapa guru-guru terpaksa “membantai” bahasa kesayangan kita hanya supaya membuat pelajaran mengeja jadi mudah; tapi pada ribuan siswa di sekolah kami, kami dapati bahwa anak-anak yang akrab dengan buku bisa mengeja dengan baik karena memvisualisasikan kata-kata yang mereka baca." ~ Charlotte Mason, vol. 6, hlm. 271
"170 buku setiap cawu", oh PR banget buat saya saat membaca bagian ini. picture from here |
Sepanjang diskusi hari ini, saya mendengarkan pengalaman kawan-kawan CMid Semarang dengan buku dan saat mengajari anak-anak membaca. Dalam diskusi , saya mencatat beberapa poin penting, seperti :
1. Modal penting dalam pengajaran adalah buku.
Charlotte Mason menulis bahwa anak-anak yang akrab dengan buku dapat mengeja dengan lebih baik. Bahasan berikutnya adalah bagaimana jika ada dari kita yang memiliki kendala dengan ketersediaan buku - memikirkan berbagai kemungkinan mengenai pinjam meminjam buku yang kemudian berujung pada pemikiran "bagaimana jika buku yang dipinjamkan tidak kembali?". Dalam skala kecil, hal ini mungkin terjadi, namun tetap butuh tanggung jawab si peminjam.
Jika ada anggapan bahwa buku yang digunakan adalah buku yang sulit dicari, sejauh ini menurut kawan-kawan di timkur, buku-buku yang direkomendasikan timkur adalah buku yang masih beredar dan dapat dicari.
2. Kemerdekaan tidak berarti BEBAS, namun tetap ada yang disebut pembagian spesialisasi.
"... tapi bukankah itu sama seperti bersikeras bahwa semua orang merdeka mesti menyediakan sendiri semua kebutuhannya, sampai ke membuat sepatunya juga? Peradaban kita ditandai oleh adanya pembagian kerja atau spesialisasi." ~Charlotte Mason, vol. 6, hlm. 272
Bukan dalam rangka mengintervensi kerja guru (dalam konteks keluarga homeschoolers ini adalah orangtua), namun dengan adanya bantuan daftar buku yang direkomendasikan, justru akan mempermudah kerja pendidik. Kemerdeaan di sini bukan bebas memilih buku apa saja, namun memilih buku rekomendasi sesuai dengan kebutuhan keluarga.
Hanya orang bodoh yang mau meminjamkan buku, dan hanya orang gila yang mau mengembalikan buku.
Quote yang sempat dilontarkan Pak T dalam diskusi tadi, juga membuat saya berpikir. Bukan dalam konteks menjadi pelit, namun untuk dapat menghargai buku lebih baik karena tidak semua orang dapat memiliki berkat, pengetahuan, dan kesempatan untuk membeli atau memiliki buku-buku bagus. Sharing kawan-kawan dalam diskusi tadi membantu saya mendapat banyak poin tambahan terutama dalam proses membantu Keona belajar membaca.
Terima kasih diskusinya,