...
"Pa, Putri mau itu pa," sorakku manja menunjuk sebuah alat musik di dalam sebuah orchestra di televisi. Papa dulu bekerja sebagai sound engineer, rasanya sudah biasa bagi telingaku bertemu dengan suara musik yang indah nan merdu. "Yang mana?" papa menanyaiku. "Yang itu pa, yang di taruh di leher,"pintaku memohon. Saat itu saya hanya seorang anak kecil, belum tahu apa nama benda itu, tapi saya suka suaranya, tidak bosan rasanya mendengar suaranya, meski menurut beberapa orang, suara itu tidak dapat berdiri sendiri, harus ada temannya. "Oh, biola?" tanya papa. "iya yang itu pa, yang tangan kanannya pegang tangkai untuk di gosok ke benda yang di leher," lanjutku lagi. "Iya, itu namanya biola," kata papa memberitahuku, dan "di rumah eyang kakung ada biola Put, nanti kalau kita ke sana kita ambil biolanya ya," lanjut papa sambil tersenyum.
Aku senang sekali akan janji papa saat itu. Tak berhenti menatap biola yang sedang dimainkan dalam pagelaran musik itu. "Biola," kataku dalam hati mengingat-ingat nama benda itu.
...
"Pa, papa," rengekku manja, "papa bilang dong sama eyang kalau biolanya mau kita ambil, kita kan besok sudah pulang pa."
"Iya, nanti papa yang bilang ya."
...
Sampai saat ini, saat eyang sudah tiada pun, belum pernah sekalipun saya menyentuh biola. "Hilang!" begitu papa selalu bilang jika saya sudah merengek meminta biola di rumah eyang.
Dan siang ini, saya melihat lagi benda itu, dekat di depan mata saya, seorang pemain musik di Gereja sedang memainkannya. saya tertegun melihat biola itu. Sebuah impian masa kecil, rengekan anak manja yang sampai sekarang belum terwujud. Lalu terbayang papa. Papa yang saat ini sedang mengidap penyakit kanker. Kanker Darah yang menurut dokter, harus memulai therapy tahap 2 nya, atau sekitar 6 bulan lagi.
6 bulan bukanlah angka yang sedikit. 6 bulan yang lalu sudah dilalui papa dengan menyakitkan. Kini harus ditambah 6 bulan lagi, sungguh vonis yang ingin saya ingkari, bahkan saya berharap ini semua hanya mimpi. Mimpi, sama seperti mimpi seorang anak kecil untuk dapat memainkan sebuah biola .
gambar diambil dari sini |
...
10 April 2011
Putri sayang papa
:)
ReplyDeletebe strong glo.
gak ada penyakit yang nggak bisa disembuhkan.
papa pasti sembuh kok. yang penting kamu percaya.
semangat ya.
kalo gitu, daripada berusaha mengingkari, lebih baik berusaha membahagiakan beliau sebisanya :)
ReplyDeletetulisan glo makin keren ya. hmm.. kurasa utk setiap masalah salah satu kuncinya sabar ya dan terus support papa :)
ReplyDeletesemangat mbak glooo, aku doakan dari sini semoga papanya dikasih kesembuhan dan bisa sehat kayak dulu, :D
ReplyDeletetabah ya.... kesembuhan itu bukan mimpi... tapi harapan yang bisa diwujudkan oleh doa...
ReplyDeleteaku berdoa bersamamu :)
@hans : makasih semangatnya :)
ReplyDelete@rakun : i'd try to, thanks y'
@maya : makasih maya :)
@amalia : makasih ya :)
@mba enno : makasih mba :)
Tuhan nggak akan ngasih ujian di luar kemampuan kita,percaya kak glo :D
ReplyDeletehappiness is waiting :)
hiks...cerita kamu bikin saya sedih....dan teringat mama saya....
ReplyDeletebagus sekali tulisannya...kata2 mengalir dengan sempurna... dan semoga papa kamu kembali seperti sedia kala....sabar ya.... semua pasti ada jalan keluar...
salam :)
Be strong, my Glory... Be a glorious person, and glow for your love one; your Dad.
ReplyDeleteLike my friend said, "God is a Gun". So believe in Him.
kalau saya selalu merasa derajat status kita akan naik ke level berikutnya jika kita bisa dengan keren menguasai piano :)
ReplyDelete@Nopinop : AMIN dek...makasih ya :)
ReplyDelete@Nufri : makasih dukungannya dan komennya, juga sudah memfollow :) mama kamu sakit jg? ya, kamu gak sendirian, aq jg ngalami yang sama koq
@lita : yep, thank you so much lita :) try to be strong :)
@merliza : sometimes being different is cool...kalo piano "menurutku" sudah pasaran :) sori jika beda pendapat :) aniwei, makasih sudah komen disini, lain kali mampir lagi ya