Terkadang,
sering terpikir dalam otakku,
aku ingin seperti burung-burung di udara
terbang bebas tanpa harus berpikir,
makan apa sekarang, makan apa besok
Tapi
menjadi hujan juga sepertinya enak,
datang,
pergi sesukanya
tak punya ayah, ibu, apalagi adik
jadi,
tak perlu kan menangis karena ditinggal ayah?
Tunggu dulu, tiba-tiba terpikir ide lain,
Bagaimana kalau menjadi anak-anak saja?
tertawa sesukanya, bersenang-senang semaunya,
dan dengan mudah lupa akan tangisannya
Huh…
otakku
ini terus bekerja,
memaksaku
berpikir ini itu
hal-hal
yang seharusnya belum kupikirkan, menurutku sih begitu
dan
otakku ini, tiba-tiba juga berbisik
“iri
hati itu dosa!”
Hmm,
salah ya kalau aku terpikir untuk iri kepada burung di udara,
hujan,
juga anak-anak?
Bagaimana
kalau tiba-tiba terpikir hal lain?
Sesuatu
yang layak aku “iri hati” kan?
Kamu
misalnya?
...I wish the world inside my head, was reality... picture and quote from here |
Semarang, 21.11.11
-aku berhenti ngeblog, bukan berarti berhenti menulis, dan akhir2 ini tulisanku kacau, tak tahu kenapa, jerawat tambah banyak, siklus menstruasi tak teratur, mungkin aku perlu psikolog, iya gak sih?-
Glo... ayo semangat dong Glo! Psikolog/psikiater mahaaaaallll... km g butuh mereka ...
ReplyDeleteheyyyy.. cheer up babyy gloohhhh!!!
ReplyDeletethere's nothing better than being urself honeeyyy... kan seperti yang kamu bilang.. "cause life is too short to be someone (or somthing) else" ;)
Welcome back, Sweety...
ReplyDeleteCheer up! Keep writing.
Kamu gak perlu pergi ke Psikiater, Glo. Kamu hanya butuh didengar sekarang, sama orang2 yang memang kamu ingin untuk mendengar. Speak for yourself, then, but jangan emosional, se cool mungkin. Atau kalau kamu gak siap, grab your best friend, suruh dia dengar keluh kesah kamu. Cry, scream, laugh... atau yang paling menenangka... berdoa. Berdoa sekusuk2nya pada Tuhan. Kamu bisa, Glo. Oke?
@all : thank you
ReplyDelete