September 23, 2020

Penerapan Teori - KAMISAN 17.09.2020

"... pendidikan untuk semua (liberal education) adalah hak alamiah setiap anak, sama seperti keadilan, kebebasan beragama, kebebasan politik, atau udara segar." ~ Charlotte Mason, vol.6, hlm.235

 Pendidikan sejatinya adalah hak untuk semua sama halnya dengan agama dan politik, itu yang saya tangkap dari bacaan diskusi beberapa hari yang lalu. Namun, pada prakteknya, pendidikan masih hanya milik segelintir golongan dan tak dapat dinikmati golongan lain. Membaca buku-buku sastrawi dengan penuh sukacita dan mudah merupakan cara yang baik untuk memasukkan semua mata pelajaran.

picture from here

"Kapan hari saya mendengar tentang seorang pria yang hidupnya berubah total gara-gara satu kalimat puitis inspiratif yang dia dengar semasa sekolah. " ~ Charlotte Mason, vol.6, hlm.236

Bahkan sebuah kalimat puitis dapat merubah hidup seseorang. Maka jelas sekali peran buku-buku sastrawi tadi. Kegiatan membaca tidak akan menyenangkan jika buku yang dibaca pun tidak memiliki daya tarik pembaca, seperti halnya sebuah harta karun, maka Charlotte Mason pun menuliskan bahwa membaca akan menjadi kegiatan yang membawa sukacita. Berbanding terbalik dengan yang dialami kebanyakan anak saat ini. Baru saja, saya berdiskusi dengan seorang sahabat mengenai pelajaran Sejarah dan hobi kami menonton Drama Korea. Kami selalu memilih drama yang akan kami tonton (tidak semua harus ditonton kan!), tentu saja pilihannya mulai dari aktor yang memainkan peran utama, hingga alur cerita. Minggu ini, kami mengulang drama berjudul "Mr Sunshine", sebuah fiksi namun berlatar belakang kisah sejarah Korea di masa Joseon. Biasanya setiap selesai menonton, kami berdiskusi mengenai merchandise atau alur cerita. Kemarin, kami membahas tentang "bagaimana jika pelajaran Sejarah saat kami sekolah dulu disajikan semenarik saat menonton drama, atau paling tidak, adakah novel terkait yang dapat dibaca dengan sukacita", karena ternyata saya tidak mengingat sama sekali bacaan buku Sejarah yang pernah saya baca sebelum ulangan dulu, ingat hanya untuk ulangan saja, mengerikan bukan? Dan rasanya fenomena "membaca hanya untuk hafal saat ulangan" masih berlaku hingga hari ini, hingga ilmu yang memang tiada habisnya ini akhirnya hanya menguap menjadi keluh dari mulut para guru dan murid. Guru merasa tidak maksimal, murid merasa kelelahan. Padahal, jika mengerti arti dari "sukacita saat belajar", pelajaran Sejarah yang terasa hanya sebagai hafalan peristiwa, mestinya dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi pembacanya - mempelajari bagaimana masa lalu dapat menjadi refleksi agar dapat menjalani hidup dengan bermakna dan penuh kebajikan seperti yang dikatakan Plato.

Fighting the Decay, terhimpit lalu tumbuh 

Dalam diskusi waktu itu sempat membahas bagaimana minat menulis meningkat di masa pandemi seperti sekarang ini. Sayangnya, minat yang meningkat tersebut tidak diikuti dengan kualitan tulisan yang dihasilkan, tema yang diangkat justru hal-hal seperti perselingkuhan misalnya. Saat menulis inipun saya tertawa dalam hati, karena ternyata minat saya terhadap "layar" juga meningkat saat pandemi ini, terutama menyangkut video musik dan drama Korea. Terhimpit lalu tumbuh, saat ini saya sudah berusaha membatasi jam menikmati tayangan-tayangan tersebut. Berhenti total juga tidak, karena koq sepertinya saya masih butuh hal-hal menyangkut seni (musik dan film) seperti itu ya. Namun saya berharap, saya tidak perlu menunggu untuk terhimpit dulu baru tumbuh - apa yang saya kerjakan harus bermakna, pun saat menonton drama maupun video musik, sebisa mungkin saya mengambil waktu merenungkan apa yang bisa saya petik dari situ. Semoga kalimat saya barusan bukan "pembenaran akan dosa", karena jika memang begitu, saya akan menyesal selamanya.


Lagi-lagi refleksi setelah diskusi,



No comments:

Post a Comment

your comment makes me smile :) can't wait to hear from you... please leave your web link too, so I can visit u back.... thank you.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...