" ..gambar ilustrasi yang paling awet tinggal dalam pikiran kita adalah ilustrasi yang dikonstruksi oleh imajinasi kita sendiri dari membaca deskripsi tertulis." ~ Charlotte Mason, vol.6, hlm. 228
Bacaan hari ini dimulai dari dua metode mengajar geografi yang salah satunya sudah sempat terbahas dalam diskusi minggu sebelumnya, yakni cara kedua atau yang disebut metode panoramik. Metode lainnya yaitu inferensial yang disebutkan dalam bacaan merupakan metode yang menyesatkan serta tidak membentuk konsepsi intelektual dan imajinatif siswa akan tempat yang dipelajari, yang justru dipakai dan populer saat ini.
Kemudian diskusi membahas mengenai perlu tidaknya memberikan ilustrasi dalam bentuk gambar maupun video. Hal ini kemudian berkaitan dengan bacaan-bacaan sebelumnya mengenai pelajaran lain yang sudah dibahas sebelumnya yaitu bahwa anak perlu dibekali dengan bacaan sastrawi dalam proses pembelajarannya. Lalu bolehkah kita lantas juga memberi ilustrasi dalam bentuk video dan gambar? Yang saya tangkap dari diskusi adalah bukan mana yang lebih baik, bacaan atau ilustrasi. Juga bukan tentang mana yang didahulukan, bacaannya atau ilustrasi gambarnya (atau video). Kata - kata Bu Ellen dalam diskusi ini saya kutip,
"...supaya anak memiliki relasi dengan pengetahuan."
Maksud dari pernyataan Bu Ellen di atas yang saya tangkap adalah metode memberikan video maupun ilustrasi tidak salah, hanya saja sebagai orangtua dan pendamping anak belajar, kita perlu memikirkan lagi, mengenai tujuan belajar itu serta apakah cara yang kita tempuh sudah membuat anak memiliki relasi dengan pengetahuan atau hanya sekedar membeberkan fakta yang kemudian akan hilang karena tidak terekam dengan baik dalam imajinasi anak. Sehingga Bu Ellen juga menambahkan, ada baiknya jika anak yang diberikan video atau gambar dalam proses belajarnya, orangtua tetap mendampingi anak dan meminta anak untuk bernarasi karena detil deskripsi gambar dan kata sangatlah berbeda (dalam bacaan disebutkan bulu berang-berang laut yang tebal, halus, hitam legam, mengilat; namun jika dituangkan dalam bentuk gambar, yang nampak hanya bulu hitam)
"Rasanya itu cukup untuk menunjukkan jenis keakraban yang diperoleh siswa Tingkat IV dengan semua belahan dunia, berikut geografi, lansekap, sejarah, dan industri masing-masing, sekaligus dengan studi terhadap latar belakang yang mempengaruhi iklim dan mata pencaharian di sana." ~ Charlotte Mason, vol. 6, hlm. 230
Tidak hanya menjalin relasi tapi juga "akrab" dengan semua belahan dunia yang juga mencangkup sejarah, industri, iklim, dan mata pencaharian di sana. Tujuan belajar geografi tidak sekedar tahu bumi, negara, isi, dan sejarahnya, namun anak betul-betul mengenal dan "akrab" dengan hal yang ia pelajari.
Hal yang sama juga berlaku untuk anak-anak pada Tingkat V dan VI. Anak membaca koran dan mencari tahu tentang negara yang dipelajari lewat buku-buku serta diharapkan untuk menerapkan pengetahuan geografi dengan menggunakan atlas tanpa diberi bimbingan pemahaman peta lagi seperti di tingkat-tingkat lebih rendah.
Jika diskusi mengenai geografi selama tiga minggu ini dijadikan sebuah film, film tersebut akan berakhir bahagia layaknya dua orang sahabat yang mengenal satu sama lain dengan baik dan berkomitmen untuk menjaga satu sama lain dengan baik pula. Sehingga upaya menyelamatkan bumi lewat tindakan seperti jeda iklim, mendaur ulang sampah, dan kegiatan lain serupa tidak hanya sekedar untuk menyelamatkan masa depan (khawatir akan masa depan Bumi pada tahun tertentu), tapi lebih daripada itu, kita sedang menyelamatkan sahabat akrab kita ini (Bumi) agar kita tak lagi sendiri karena kita selalu memiliki tempat untuk dituju.
picture from here |
No comments:
Post a Comment
your comment makes me smile :) can't wait to hear from you... please leave your web link too, so I can visit u back.... thank you.