February 18, 2021

I Know that I Know Nothing - KAMISAN 18.02.2021

Diskusi panjang hari ini dipersembahkan oleh bacaan satu paragraf - yang karenanya sayapun jadi ikut-ikutan mikir panjang.

tujuannya untuk membekalkan pengetahuan yang relatif mendalam untuk dua tiga bidang saja supaya siswa lulus sebagai manusia Inggris yang beres; dengan kata lain, guru memandang sekolah sebagai tempat mengasuh dan membentuk watak (warga negara) alih-alih sebagai tempat memperoleh pengetahuan. ~ Charlotte Mason, vol.6, hlm.264

Awalnya saat membaca bagian akhir bacaan ini, saya teringat kutipan yang dibagikan oleh bu Ellen beberapa waktu yang lalu, isinya demikian :

If children started school at six months old and their teachers gave them walking lessons, within a single generation people would come to believe that humans couldn't learn to walk without going to school. ~Geoff Graham

Saya yang dulu  (dan mungkin banyak orangtua) selalu beranggapan bahwa anak butuh sekolah - saya teringat bagaimana saya membuat sesi pelajaran dulu semasa menjadi guru seperti stimulus motorik kasar kepada anak di bawah dua tahun seakan hal tersebut adalah sesuatu yang memang dilakukan di sekolah - tidak bisa dilakukan di rumah. Saat diskusi, saya merenung betapa menyedihkannya diri saya karena tanpa sadar membuat orangtua berpikir bahwa "untuk belajar seperti berjalan saja harus memasrahkan anak ke sekolah." - juga tanpa sadar mengintimidasi salah satu orangtua dengan berkata "kalau bapak dapat menstimulus anak bapak sesuai dengan capaian usianya secara mandiri di rumah, ya silahkan, tandanya bapak tidak perlu menyekolahkan anak bapak terlalu dini, namun kalau bapak merasa bapak tidak dapat memberi stimulus yang sesuai dengan usia anak bapak, ya saran saya disekolahkan saja." saat ditanya "kenapa saya harus menyekolahkan anak saya sejak dini?"

picture from here

Diskusi berlanjut dengan pendapat dan beberapa pertanyaan yang dilontarkan teman-teman CMers Semarang. Saya mencatat beberapa point penting sebagai simpulan dari diskusi tadi, yaitu :

1. Mendengar 

Jika dalam diskusi minggu lalu "mendengar" diperlukan sebagai skill dalam menjalin komunikasi, dalam diskusi kali ini, mendengar diperlukan untuk menemukan blind spot yang seringkali tidak kita lihat terutama dalam menjalani proses belajar - dan untuk itu diperlukan kerendahhatian untuk mau mendengar kritik, saran, atau pendapat orang lain yang bisa saja tidak terpikirkan oleh kita karena tidak tampak di mata kita - blind spot

2. Tidak ekstrim kanan kiri

Dalam mempelajari banyak hal, terkadang kita menemukan sesuatu yang kita anggap benar kemudian meyakininya dengan keyakinan kuat bahwa hal tersebut sudah yang paling benar. Saat itu terjadi, biasanya kita akan menjadi abai pada sisi yang tidak kita yakini kebenarannya tersebut. Sengaja saya mengambil ilustrasi gambar langit dilihat dari dua jendela di atas. Dari jendela satu dengan jendela yang lainnya, langit tampak berbeda, padahal langit yang dilihat hanya satu - tapi tampak berbeda jika dilihat menggunakan perspektif ekstrim kanan maupun kiri. Kesimpulan yang saya catat dari diskusi tadi adalah bukan untuk menjadi seseorang yang berada di tengah tanpa menjadi ekstrim kanan atau kiri, namun ada yang namanya kebenaran yang utuh - tidak ekstrim kanan kiri, kebenaran yang melingkupi segala sesuatu, semua ada sesuai pada porsinya bukan untuk saling menutupi satu sama lain - karena pemilik kebenaran ini sendiri adalah Tuhan. 

"The only thing that I know is I know nothing." ~ Socrates

Saya menutup refleksi dan perenungan saya siang ini dengan sebuah kalimat dari Socrates yang tadi juga sempat diucapkan Bu Ellen. Dengan rendah hati menyadari bahwa kita tidak tahu apa-apa, bahkan dibandingkan dengan kebesaran Tuhan, maka semoga proses belajar tetap menjadi proses yang menggairahkan untuk terus dilakukan. 


Selamat Hari Kamis,



No comments:

Post a Comment

your comment makes me smile :) can't wait to hear from you... please leave your web link too, so I can visit u back.... thank you.

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...