Lenona, begitu ia dipanggil oleh orang sekitarnya.
Sejak masih dalam kandungan ibunya, ia sudah belajar bahwa senyum berarti ejekan.
Ibunya tidak mengajarinya. Namun matanya melihat, telinganya mendengar.
Setiap melihat orang tersenyum, ia akan menganggap dirinya sedang diejek. Hidupnya tak tenang, ia dipenuhi kekuatiran. Kuatir penampilannya tak baik sehingga diberi senyum, kuatir ada yang salah dengan dirinya sehingga diberi senyum.
Suatu ketika, seorang laki-laki seumurannya tersenyum kepadanya. Lenona akhirnya jengkel dan berkata "kenapa kamu tersenyum?". Sang laki-laki ini menjawab "aku tersenyum karena tersenyum memberiku kebahagiaan, kuharap itu juga yang kau dapat". Lenona semakin jengkel "menyebalkan" dan meninggalkan laki-laki tersebut. Suatu ketika ada pula seorang paruh baya yang tersenyum padanya karena teringat cucu perempuannya ketika melihat Lenona. Tidak senang akan itu, Lenona memaki perempuan paruh baya tersebut.
Seandainya ada yang memberi tahu Lenona bahwa senyum berarti kebahagiaan, bahwa senyum membuat orang semestinya bahagia, baik yang tersenyum maupun yang melihat. Tapi Lenona "mati" karena hidupnya tidak tenang. Ia takut dengan senyuman.
pict. from here |
Jika senyuman membuatmu menerima perlakuan buruk seseorang, sebenarnya yang butuh pemulihan adalah orang yang menerima buruk arti senyuman tersebut, karena orang seperti itu melihat senyuman tersebut dari sudut pandang yang berbeda, itu saja.
No comments:
Post a Comment
your comment makes me smile :) can't wait to hear from you... please leave your web link too, so I can visit u back.... thank you.