Menarasikan teks bacaan hari ini membuat saya teringat pada konsep 3 N milik Ki Hadjar Dewantara yaitu "niteni", "niruke", dan "nambahi".
Niteni
Pada tingkat II, anak diminta untuk mencermati perubahan alam serta mencatatnya pada Jurnal Alam dengan membuat gambar dan catatan. Sempat dibahas dalam diskusi bagaimana mengasyikannya mengamati perubahan alam serta musim, apalagi jika negara tersebut memiliki 4 musim. Tapi diskusi lagi-lagi mengingatkan bahwa di Indonesiapun kegiatan ini dapat menjadi menyenangkan walau hanya memiliki 2 musim. Teman-teman bercerita bagaimana anak-anak sudah dapat membedakan tanggal hanya dengan memperhatikan bentuk bulan saja yang lalu ditimpali oleh CMers lain yang mengatakan akan lebih mudah mengetahui tanggal dari jumlah saldo ATM. Hahahahahaha. Lalu, ada juga yang bercerita bagaimana rob juga dapat menjadi tanda kapan harus bepergian.
picture from here |
Niruke
Pada tingkat III, anak-anak dimampukan untuk meniru bentuk membuat sketsa sambil diberi pertanyaan - pertanyaan untuk mencankup materi pengamatan yang sudah dilakukan. Kata kuncinya, anak tetap harus didampingi "...tetapi jangan biarkan pengamatan mereka asal-asalan karena tidak dipandu." ~ Charlotte Mason, vol 6, halaman 220. Dalam diskusi, teman-teman CMers sempat membahas mengenai makna "Gothic" pada bagian ini. Saya pun termanggu-manggu mendengarkan penjelasan makna kata Gothic yang ternyata adalah jenis gaya arsitektur yang saya baru tahu. Saat mencari definisi seperti apa bentuk bangunan dengan style gothic tersebut, saya langsung terbayang gedung Hogwarts dalam kisah Harry Potter.
Nambahi
Awalnya, bagian tingkat IV ini hanya dibaca satu paragraf saja di awal, sehingga saat narasi lisan, saya sempat kebingungan. Setelah membaca lanjutannya dibawah, ternyata yang dimaksud "...pelajaran mereka begitu kaya sehingga sulit rasanya mengkotak-kotakkan bahasannya ke dalam judul program yang terpisah." ~ Charlotte Mason, vol.6, halaman 220, yaitu pelajaran disajikan saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam diskusi, sempat dibahas bagaimana bisa Geografi menjadi salah satu bagian dari ilmu alam. Saat membahas hal tersebut, ingatan saya kembali pada saat saya sekolah dulu ~ bagaimana saya mati-matian menghafalkan batas sebuah negara, di lain kesempatan, saya dapat dengan mudah mengidentifikasi batas kota dan provinsi hanya karena orangtua selalu memaknai perjalanan kami keluar kota (papa selalu berhenti pada setiap gerbang provinsi untuk berfoto dan mendiskusikan beberapa tugu atau menara pembatas yang terkadang memiliki arti - hal ini jauh lebih mudah dibanding menghafalkan buku pelajaran waktu itu).
...
Yah, lagi-lagi dalam diskusi ini saya bersyukur karena Keona nantinya tidak perlu pusing karena hafalan dan buku pelajaran yang hanya memberikan data. Walau rumit rasanya membayangkan mendampingi Keona belajar nantinya pada tahun-tahun mendatang, tapi saya percaya ga ada masalah yang tidak ada solusinya.
Semangat ya semuanya,
No comments:
Post a Comment
your comment makes me smile :) can't wait to hear from you... please leave your web link too, so I can visit u back.... thank you.