Meskipun demikian, protes keras tentang “Eton tidak mengajarkan padaku hal-hal yang aku ingin ketahui” layak untuk diperhatikan. ~ Charlotte Mason, vol.6, hlm.253
Setelah resign, setiap pagi dan sore saya memiliki rutinitas baru - menemani Keona bersepeda/main keluar rumah di sekitaran komplek (tentu saja dengan protokol kesehatan ya - pake masker & pulang langsung mandi). Ada beberapa tempat favorit kami, taman yang ada ayunannya dan di belakang masjid komplek yang bisa melihat pemandangan sore yang indah. Suatu hari, saat akan mampir ke tempat ayunan, ada dua orang anak perempuan yang sedang bermain ayunan. Keona melihat saya, matanya seakan bertanya "gimana nih ma? Aku mau main tapi ada yang mainin?", Saya reflek "gapapa, yok muter dulu aja sampai mereka selesai apa mau duduk di sini nunggu giliran?". Keona belum menjawab, namun salah seorang anak yang bermain ayunan meneriakinya "weeekk, ga boleh, ini punya aku!", sambil menjulurkan lidah. Lagi, Keona melihat saya kali ini dengan mata berkaca. Saya sesaat hanya berkata "gapapa, yuk jalan lagi aja.". Namun baru beberapa langkah, saya berhenti karena teringat belum memvalidasi Keona. Saya menanyainya, "Keona sedih?", ia mengangguk, saya memeluknya. Lalu "uda ga sedih ma, yok gowes lagi". Sampai di rumah, saya mengobrol dengannya selesai mandi "Keona tadi sedih kenapa?", "Temennya tadi ga bolehin Ona main, Ona mau main.", Saya tanya lagi "berarti Keona ga suka ya dibegitukan?", "Ga suka ma, Ona sedih.", "Kalau Ona nda suka, berarti orang lain kalau dibegitukan juga suka ga kira kira?" "Nda.. mama nangis nda ma?", ia malah balik menanyai saya. "Mama nda nangis sih, tp mama ga suka dibegitukan.". Ia terdiam, lalu "berarti Ona nda boleh begitu ya? Nanti orang lain sedih juga kaya Ona?", saya mengangguk, tersenyum, kemudian memeluknya.
Kalau dulu hanya berkata "Tidak apa-apa" saat Keona sedih, sekarang kami belajar untuk memaknai peristiwa itu - sesuatu yang sekolah tidak ajarkan namun orangtua acapkali lupa akan perannya dan mengira bahwa dengan membayar uang sekolah saja maka perkara pendidikan anak sudah beres.
|
Keona beberapa waktu yang lalu saat sedang di rumah oma.
|
Mengkritik sekolah itu mudah, tetapi faktanya adalah setiap anak manusia terlahir dengan hasrat untuk mengetahui banyak hal tentang segala hal. ~ Charlotte Mason, vol.6, hlm.253
Lalu beberapa hari yang lalu, saat sedang menginap di rumah oma nya Keona, Keona bermain bersama beberapa teman sepantaran tetangga oma. Teman-temannya ini, juga Keona membawa masing-masing mainannya. Sepulang dari bermain, oma bercerita tentang kejadian saat bermain dimana Keona tampak cuek saja, padahal temannya berusaha memancingnya agar mengambil mainan teman tersebut. Lalu saat Keona mendekati mainan itu, ia sudah dimarahi temannya "jangan pegang, itu punya aku!". Diberitahu seperti itu, kata oma, Keona lantas meninggalkan mainan yang baru akan dihampirinya itu lalu bermain dengan mainannya sendiri. Oma bertanya "katanya sekolah, tapi kenapa anak-anak itu begitu sih kak? Untung Keona woles-woles aja loh, mama juga heran, itu anak-anak gampang banget bertengkar rebutan mainan, tapi anakmu ya woles woles aja loh ga kepancing.". Saya lega mendengarkan cerita oma, tapi juga "ya nda salah sekolah juga ma... bukan karena dia sekolah terus kelakuannya jadi baik, emang semua sekolah ngajari? kan paling cuma bilang sharing ya mainannya tapi ga kasih value kenapa mesti sharing dan lain-lain. Mama lo neg HP mu dikon share sama orang lain mau nda?". "Makanya di situ peran orangtua, sekolah ngajarin ilmu macem-macem, tapi ndak bisa orangtua pasrah bongkok an sama sekolah, ada hal-hal kaya masalah Keona dan temannya itu tadi yang mestinya orangtua yang ajarin, yang tahu persis anaknya kan orangtua.". Lalu oma manggut-manggut sambil "iya ya, ya susah juga kalo nuntut gurunya buat ngurusin hal-hal yang semestinya bagian orangtua.".
Kita harus paham bahwa di balik perlawanan yang keras kepala itu, ada rasa lapar akan pengetahuan – bukan hanya untuk jenis pengetahuan tertentu yang disukai anak (karena setiap jenis pengetahuan sebetulnya akan anak sukai) – tetapi pengetahuan yang diajarkan dengan cara yang benar, dan kita tahu bahwa tidak semua cara mengajarkan pengetahuan itu cara yang benar. ~ Charlotte Mason, vol.6, hlm.253
Saya juga bercerita ke oma Keona tentang kejadian di ayunan komplek beberapa minggu yang lalu dan bersyukur bahwa dengan begitu, oma juga semakin paham mengapa saya akhirnya memilih untuk mengambil peran seutuhnya sebagai pendidik Keona. Selain memberinya ilmu, saya mau Keona belajar bahwa ia tidak perlu menjadi ikut pahit karena orang lain memberinya hal pahit tanpa perlu menghakimi orang tersebut, karena kitapun tidak pernah tahu apa yang sedang dialami orang itu kan? - dan hal ini hanya dapat terjadi jika saya mendampingi penuh proses belajar Keona-setidaknya jika suatu hari nanti Keona harus menempuh pendidikan formal di sekolah seperti anak lain, saya berharap tetap akan mendampinginya seperti saat sekarang ini karena memang semestinya keluarga dan sekolah berjalan bersama dalam proses tumbuh kembang anak - bukan hanya sekedar saling menuntut.
Selamat berakhir pekan,
No comments:
Post a Comment
your comment makes me smile :) can't wait to hear from you... please leave your web link too, so I can visit u back.... thank you.