Deras hujan yang turun, mengingatkanku pada dirimu, .... Dan bila pagi datang, kutahu, kau tak di sampingku
Jikustik's Setia
got the picture from this link |
Ini malam ketiga dimana hujan deras mengguyur kota Semarang. Petir menambah kengerian malam.
...
"Tri, bikin mie yok"
"Yok, papa bikin mie nya, aku bikin minumnya, air putih, hehehhee"
"Cabenya berapa nih kamu? tiga apa lima?"
"Ahh, dua aja pa, uda malem, aku gak mau tidur sambil mules mules"
Itu percakapan papa dan saya saat papa masih sehat dulu, "hujan ma, dingin enaknya yang anget anget pedes" alasan papa ke mama kalau mama menegur kami yang malam malam makan mie.
Malam ini juga hujan, sama seperti malam malam saat bersama papa. Ada banyak teman teman Otte datang ke rumah, saya hanya bisa mendengarkan celoteh mereka dari depan komputer sambil blogwalking.
"papa sempat terlihat segar dan sehat mulai Natal sampai Maret, setelah masa therapy tahap pertama selesai dan tidak dilanjutkan tahap dua karena biaya, kondisinya menurun"
Tiba tiba saya mendengar percakapan itu dari ruang tamu yang dipenuhi teman teman Otte. Mama bercerita tentang kondisi papa sebelum pergi.
Cerita itu, juga hujan, mengingatkan saya kepada dia yang sudah pergi, kekosongan hati karena papa pergi. Teringat malam malam saat hujan mengguyur, kami selalu ditemani mie rebus super pedas buatan papa juga air putih dingin yang saya siapkan. Mengingat ingat kembali bagaimana rasa mie buatan papa, "enakan buatan papa daripada buatan mama nih," saya selalu komplain kalau mama yang membuat mie.
...
"huuuu....haaaaaaa, papa kasih cabenya berapa sih? puedessss buangettt nihhhh" saya mengipas ngipas bibir dan menjulurkan lidah kepedesan.
"tapi enak too?" kata papa menyindir.
...
Sudah tiga malam hujan deras, tapi saya tidak bisa membuat mie yang sama seperti buatan papa. Saya kangen mie buatan papa saat hujan, makan mie sambil menonton pertandingan bola dan menerka siapa yang akan menang.
Tapi melebihi semua itu, saya amat rindu pada koki si pembuat mie yang saya tahu tidak akan bisa saya temui saat saya membuka mata di pagi hari, Papa.
Tak ada lagi hangatnya mie buatan papa,
kangen papa (lagi)